Tuesday, February 21, 2012

tukangMoto : Belajar Fotografi my quest for the light … and life Bagaimana Memotret Foto Siluet (Konsep Dynamic Range)



Dynamic Range dalam fotografi adalah rentang perbedaan gelap dan terang dari sebuah scene. Kamera ternyata mempunyai batas kemampuan menangkap rentang perbedaan tersebut . Kamera Canon EOS 1-D Mark III memiliki dynamic range sekitar 11 stop (link).  Rentang 11 stop itulah yang tertangkap dengan baik detilnya di sensor kamera , di luar itu detilnya akan gelap/black atau washout. Nah , padahal di dunia nyata .. scene yang akan kita foto amat sering memiliki rentang stop lebih dari 11 stop. Misal nih : foto di siang hari kenapa langitnya putih , atau kenapa ketika langitnya biru/detil tapi orang yang difoto jadi gelap ? itu tanda dari efek dynamic range .
Kekurangan itu ada tip / trik untuk mengatasinya . Diantaranya adalah trik High Dynamic Range (HDR) yang sedang populer , penggunaan Gradual ND Filter (seperti foto saya ini) , Multi Exposure . Lain kali lah kita coba diskusi , pokoknya cara kerja dynamic range seperti diatas.
Dynamic Range
Dynamic Range
Teknik Foto Siluet
Kembali ke teknik memotret siluet , apa hubungannya dengan dynamic range ? Kekurangan kamera karena efek dynamic range ternyata justru menjadi keunggulan karena kita bisa memotret siluet. Main logika saja , kalau kita memotret scene yang memiliki rentang gelap dan terang yang lebar ( misal sunset , sunrise )  , karena efek dynamic range maka beberapa bagian dari foto akan tampak gelap/hitam. Nah itulah siluet yang kita cari.
Setting kamera yang digunakan sebenarnya tidak terlalu pakem. Pake F aperture berapa , shutter speed berapa , ISO berapa .. itu mah terserah sampeyan . Yang penting nih .. metering pada bagian yang terang. Lihat foto dibawah , saya posisikan metering di sekitaran matahari , kalau ditengah matahari pasti yg lainnya jd gelap belaka saking kuatnya intensitas cahaya  .
beach kids
beach kids
Pada foto diatas saya menggunakan metering Spot karena lebih mudah mengarahkan titik metering . Metering lainnya ( Average dan Matrix ) tetap bisa digunakan. Malah menurut saya lebih praktis menggunakan metering tersebut ( Average dan Matrix ) . Peluang berhasilnya tinggi , kalau exposurenya kurang pas tingga di compensate 1-2 stop.
Kebalikan dari konsep siluet mgkn adalah backlighting . Tinggal dibalik saja sebenarnya , cari background yang gelap kontras terhadap obyek yang akan kita foto. Saya pernah bahas di Backlight
Tip memotret Siluet
  • Latihlah mata kita untuk bisa melihat scene . Lihat perbedaan terang dan gelap , dari sana kita bisa tentukan apakah bisa memotret sebuah siluet atau tidak. Memang , cara mudah mencari siluet adalah ketika sunrise atau sunset , posisi matahari yang rendah mempermudah terciptanya sebuah siluet. Tapi sebenarnya tidak harus dengan matahari , cukup dengan sumber cahaya yang terangpun sudah bisa . Ingat , asal rentangnya lebar .. pasti bisa siluet
Siluet Daun
Siluet Daun
  • Upayakan agar obyek yang akan menjadi siluet tidak tumpang tindih. Kalau tumpang tindih nanti pemirsa fotonya jadi bingung. Ini sebenarnya obyek apa sih ? jadi mirip kartu test yg biasa diberikan psikolog :p
  • Do some kicking !! hehe maksudnya action dikit lah . Karena kita metering di bagian cahaya yang sangat terang otomatis shutter speed menjadi tinggi , cukup cepat untuk menangkap action kita seperti lompat , terjun , kungfu kick ?
  • Bagaimana agar foto orang tetap muncul detilnya ? triknya , gunakan flash . Tidak ada cara lain. Tetap metering pada bagian yang terang , nyalakan flash , dan jepret .

Bermain dengan long exposure


abstract blue
abstract blue
Iseng-iseng main , coba pakai konsep long exposure pada kamera. Set ke 10 atau 15s ( lupa ).. goyang kamera kanan kiri , atas bawah , mainkan zoom maju mundur .. mirip penyanyi dangdut :) , dan hasilnya seperti diatas. Agak futuristik ya.. warna biru itu adalah layar biru tivi . Kondisi lampu ruangan dimatikan , jadi yg dominan ya warna biru itu. Mayan lah buat pemula yg lagi iseng/bosen.
Kalau mau coba yang agak berwarna warni , perhatikan sumber cahaya yg ada. Lebih bagus kalau warnanya bermacam-macam. Foto dibawah diambil didepan rumah saja , jadi tidak banyak pilihan warna. Suka-suka saja :)
Semrawut

Pemandangan selepas Bandung lumayan bagus . Banyak perbukitan dan lembah curam di selingi oleh sawah-sawah tepasering ( eh betul ga nulisnya ? ) nan hijau . Ada air terjun juga lho . Kayaknya masih perawan tuh.. sayang ga pny GPS jadi ga tau lokasi pastinya.  kira-kira 1 jam-an lah sampai akhirnya perlahan masuk dunia yang makin suram ( Jkt ) heheheh. Iseng2 moto dan berikut beberapa hasilnya yg lumayan ancur:
Melintas di atas jembatan
Melintas di atas jembatan
Kalau berani buka pintu gerbong pas melintas di atas jembatan besi. Sayang ga bawa parasut euy ..wkwkwk
Jump or No Jump ?
Jump or No Jump ?
Coba komposisi framing ah..
Blue sky
Blue sky
Siapa suruh datang ke Jakarta ?? majikan saya pak.. maappp
Hi Jakarta
Hi Jakarta
Ga dapat tiket pulang akhirnya bebaringan di stasiun Gambir hahaha
Low angle @ stasiun Gambir

Mode dalam kamera digital SLR


AUTO = Mode otomatis
Kamera akan mengukur cahaya, menginterpretasikannya dan kemudian mengatur setting aperture, shutter speed dan ISO secara otomatis. Ketika kamera merasa kondisi lingkungan kurang terang, maka kamera akan otomatis menyalakan lampu kilat untuk mengkompensasi kekurangan tersebut.
Mode automatis praktis digunakan kapan saja, tapi mengunakan mode ini berarti Anda tidak bisa mengendalikan setting kamera untuk fotografi yang kreatif.
P = Program Mode
Seperti mode otomatis, kamera akan menentukan setting aperture, shutter speed dan ISO secara otomatis. Bedanya dengan mode auto adalah, Anda bisa mengubah nilai bukaan atau shutter speed setelah itu, dan kamera akan mengkompensasikan secara otomatis perubahaan setting yang Anda lakukan. Di mode ini, kamera tidak akan mennyalakan lampu kilat meskipun kondisi lingkungan cukup gelap.
A / Av = Aperture priority
Di mode ini, kita menentukan besarnya bukaan lensa, dan kamera menentukan shutter speed (kecepatan) dan ISO yang sesuai.
Mode ini termasuk mode favorit saya, karena saya suka menentukan kedalaman ruang (depth of field). Contoh, bila saya sedang memotret foto potret, dan saya ingin latar belakangnya kabur, maka saya akan mengunakan bukaan besar seperti f/2.8 atau f/1.4. sedangkan kalau saya sedang memotret foto grup atau pemandangan, dan saya ingin semua yang berada dalam foto tajam (berada dalam fokus), maka saya set bukaan kecil f/8 atau f/16. Dengan mengendalikan bukaan saya tidak perlu repot repot menentukan shutter speed atau ISO.
Bukaan juga menentukan berapa banyak cahaya masuk. Jika saya berada ditempat yang gelap dan memerlukan lebih banyak cahaya, saya akan memperbesar bukaan (mengecilkan angka bukaan), supaya lebih banyak cahaya masuk.
Yang perlu diperhatikan dalam mode ini adalah bila cahaya lingkungan gelap, kamera terpaksa mengeset shutter speed yang rendah/lama. Hal ini dapat menimbulkan gambar yang kabur karena kamera goyang saat merekam gambar. Untuk itu, solusinya memakai tripod, atau mengkompensasi dengan menaikkan ISO.
S /TV = Shutter priority
Di mode ini, kita menentukan berapa cepat shutter speed, lalu kamera menentukan bukaan, dan ISO (bila Auto ISO aktif). Setting ini dipakai kalau kita ingin mendapatkan efek freeze (beku) atau efek motion (gerak).
Kalau kita set shutter speed tinggi seperti 1/640 detik, maka hasilnya gerakan orang atau benda yang sedang bergerak menjadi beku, sebaliknya kalau kita set 1/15 detik atau lebih rendah lagi benda/orang yang bergerak, maka kita akan menangkap motion blur. Teknik ini cocok untuk merekam gerakan air di pantai, gerakan air terjun ataupun merekam cahaya mobil yang lewat di malam hari. Seperti aperture, shutter speed juga mempengaruhi banyak sedikitnya cahaya yang masuk.
M = Manual Exposure
Di mode ini, kita menentukan setting bukaan, shutter speed dan ISO (bila Auto ISO tidak aktif)
Manual mode biasa saya pakai kalau memang saya mau mendapatkan hasil tertentu, contohnya bila saya ingin hasil foto agak gelap (low key fotografi) jadi hasil akhirnya agak misterius, dramatis. Saya juga pakai manual fokus bila ingin bikin siluet dari sebuah objek.
Saya juga sering memakai manual mode ketika kondisi ruangan / lingkungan berganti2 intensitas cahayanya sehingga membingungkan kamera. Contoh seperti di konser, lampunya menyala dengan intesitas dan arah yang berubah-ubah, kadang sangat terang, kadang sangat gelap.
Manual juga sering saya pakai kalau kondisi cahaya lingkungan konstan. Misalnya ketika pertandingan basket sekolah di dalam ruangan. Lampu-lampunyanya konstan. Pada saat tersebut, saya tinggal set aja bukaan, kecepatan dan ISO sebelum pertandingan dimulai. Hasil foto akan konsisten pencahayaannya dan saya dapat memakai mode ini sepanjang pertandingan. mudah bukan?
Tentunya, selera dan gaya pemakaian tiap orang berbeda-beda, yang penting jangan takut coba-coba dan latihan sehingga Anda bisa memahami dan bisa mengunakan mode-mode kamera DSLR ini secara maksimal.

Supaya Foto Tidak Blur


Ada Dua FAKTOR
Pertama adalah setting kecepatan rana Anda terlalu lambat dibandingkan dengan rentang lensa (focal length) lensa Anda. Pada umumnya, supaya foto Anda tidak blur akibat getaran tangan kita, rumusnya adalah 1 / rentang fokal lensa. Contoh, bila Anda mengambil foto dalam rentang fokal 100mm, maka Anda memerlukan kecepatan rana 1/100.
Rumus ini berlaku bila Anda mengunakan kamera full frame sensor. Untuk kamera Digital SLR yang ada dipasar, sebagian besar mengunakan sensor yang lebih kecil. Sensor ini bervariasi antara kamera yang satu dengan yang lain. Tetapi pada umumnya Canon mengunakan 1.6X, Nikon, Sony, Pentax mengunakan 1.5X dan Olympus mengunakan 2X. Dengan adanya variasi tersebut, maka perhitungannya menjadi sedikit lebih rumit.
Kembali ke contoh awal dimana Anda memutuskan mengunakan rentang fokal 100mm di kamera Canon Rebel yang mengunakan 1.6X jadinya minimal Anda harus mengunakan 1/160 untuk mencegah blur. (Didapatkan dari 100mm X 1.6).
Mengapa semakin besar rentang fokalnya, Anda harus mengunakan kecepatan rana yang lebih cepat? hal ini dikarenakan semakin besar rentang fokal, maka semakin sensitif sensor dalam menangkap getaran.
Faktor kedua adalah benda yang Anda foto bergerak cepat, sehingga kecepatan rana pun harus mengikuti cepatnya gerak subjek foto tersebut. Contohnya, untuk membekukan gerakan pemain basket orang orang berlari, minimal Anda memerlukan 1/500. Untuk penari dan penyanyi, biasanya 1/200 cukup, dan untuk foto manusia yang tidak bergerak 1/60 biasanya cukup baik.
Joe Decker dari blog foto Photocrati mengenalkan faktor baru yaitu ukuran piksel sensor mempengaruhi blur. Katanya, kamera yang berukuran sensor sama, tapi resolusi gambar tinggi, memerlukan kecepatan rana yang lebih cepat karena ukuran piksel yang kecil lebih sensitif dalam mendeteksi getaran. Kalau teori ini benar, maka kamera yang berukuran 15 megapiksel akan lebih rawan blur daripada kamera yang berukuran 6 megapiksel.

Cara mencegah

Ada juga teknologi dalam kamera maupun lensa yang ditujukan untuk mencegah blur. Jenis teknologi ini terbagi atas dua kategori. Yang pertama dibuat dalam kamera, satunya lagi didalam lensa. Namanya pun bervariasi. Antara lain yaitu Image Stabilization (IS) atau Vibration Reduction (VR), Steady Shot (SS), Shake Reduction (SR) Mega OIS, Optical Stabilization (OS) and Vibration Compensation (VC). Semuanya berfungsi sama hanya istilahnya berbeda. Teknologi ini bisa membantu Anda tapi tidak bisa membantu secara total. Misalnya yang tadinya Anda harus mengunakan 1/200, tapi dengan bantuan teknologi ini, Anda bisa mengunakan 1/100 atau 1/60. Teknologi ini juga tidak bisa mencegah blur saat And amengambil foto orang atau benda yang bergerak cepat.
Hal lain yang bisa digunakan untuk mencegah blur antara lain yaitu teknik memegang kamera atau teknik pernafasan. Dengan menahan nafas saat mengambil gambar, dan memposisikan tubuh dengan rapat atau menyender di dinding, bisa membantu mengurangi getaran yang menghasilkan blur.

8 Langkah sebelum memotret


Berbeda dengan pendapat yang popular, foto yang bagus bukan di dapat karena keberuntungan, tapi lebih ke pengambilan keputusan. Banyak hal yang perlu di pikirkan sebelum membuat sebuah foto. Untuk pemula, sulit rasanya harus memikirkan begitu banyak langkah. Tapi dengan latihan yang berkesinambungan, saya yakin kita akan dapat melakukannya secara alami.

1. Temukan subjek yang menarik

Cobalah untuk memilih subjek yang menarik, misalnya di jalan-jalan yang sibuk, usahakan mengambil foto potret dari orang, sebuah bangunan, mobil atau sebuah aktifitas. Berhati-hatilah untuk tidak memasukkan terlalu banyak elemen dalam foto tersebut. Terlalu banyak detail akan membuat orang yang melihat foto menjadi bingung tentang apa yang ingin Anda sampaikan.

2. Kualitas dan arah cahaya

Mengetahui kualitas dan arah cahaya sangat memperngaruhi suasana foto. Secara umum, ada tiga jenis cahaya
Cahaya yang keras (hard light): Biasanya diperoleh dari sumber cahaya yang relatif kecil / terkonsentrasi. Misalnya: cahaya matahari, lampu kilat kamera, senter.
Cahaya (soft light): Biasanya diperoleh dari sumber cahaya yang relatif besar. Contohnya soft box, reflektor, permukaan langit-langit.
Yang terakhir adalah cahaya yang menyebar (diffused light). Cahaya model ini berasal dari sumber cahaya yang relatif sangat besar. Misalnya langit di saat mendung atau tertutup awan.
Arah cahaya (depan, belakang, samping, atas, bawah) juga merupakan aspek yang penting untuk memberikan kesan tertentu. Perhatikan baik-baik arah dan kualitas cahaya.
Cahaya yang keras (hard light) memberikan suasana yang dramatis dan menonjolkan karakter subjek
Cahaya yang keras (hard light) memberikan suasana yang dramatis dan menonjolkan karakter subjek

3. Komposisi

Langkah pertama dalam membuat komposisi yang baik adalah memulai dari memilih latar belakang. Latar belakang yang bersih / polos adalah langkah awal yang baik. Kemudian posisikan subjek dalam lapisan-lapisan. Aturlah sedemikian rupa sehingga komposisi foto terlihat menarik.
Jika Anda baru memulai fotografi, Anda selalu bisa mempelajari rumus-rumus komposisi sebagai acuan. Banyak aturan komposisi yang bisa membantu Anda membuat komposisi yang menarik seperti rule of thirds, golden rasio, skala dan lain-lain.

4. Pilih bukaan / aperture

Bukaan lensa menentukan berapa banyak cahaya yang masuk ke bodi kamera. Bukaan juga mengatur kedalaman fokus (depth of field). Semakin besar bukaan lensa, semakin tipis kedalaman fokus dan sebaliknya. Kita harus menentukan apakah foto yang kita ambil memiliki kedalaman fokus yang tipis atau dalam.
Secara umum untuk foto potret, kita ingin kedalaman fokus yang tipis sehingga potret tersebut terlihat lebih artistik, sehingga bukaan yang kita pilih seharusnya besar. Tapi kalau kita foto pemandangan, kita biasanya ingin semua elemen dalam foto terlihat jelas dan fokus, maka bukaan yang kita pilih seharusnya kecil.

5. Pilih kecepatan rana / shutter speed

Kemudian, kita harus menentukan apakah kita mau membekukan subjek foto, atau merekam pergerakan subjek. Bila kita ingin membekukan subjek, kita harus dengan mengeset shutter speed dengan teliti.
Untuk mencegah blur karena tangan + kamera kita bergoyang, kita juga harus mengikuti aturan 1 / ukuran fokal lensa. Kemudian kita amati berapa cepat subjek foto bergerak. Subjek foto yang bergerak dengan kecepatan tinggi membutuhkan kecepatan rana yang sangat cepat.

6. Memilih lensa dan fokal lensa yang optimal

Tidak semua lensa itu menghasilkan hasil yang sama. Ada lensa lebar, lensa standard dan lensa telefoto. Setiap fokal lensa memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Lensa lebar memberikan kesan dimensi, distorsi, dan kedalaman fokus yang dalam. Di lain pihak, lensa telefoto membuat foto menjadi dua dimensi (efek kompresi), membuat kedalaman fokus menjadi tipis dan membesarkan subjek yang jauh.
Cobalah foto dengan lensa yang berbeda-beda dan fokal lensa yang berbeda-beda untuk semakin memahami efek-efek yang ditimbulkan tiap-tiap lensa.

7. Tentukan ekposur yang optimal

Kamera biasanya menentukan secara otomatis ekposur yang optimal. Tapi kadang setting yang dibuat kamera tidak sesuai dengan keinginan kita. Misalnya, bila kita ingin membuat foto low key (foto yang bernuansa gelap) atau high key (foto bernuansa terang), kita harus mengatur setting kamera sendiri supaya optimal.
Tentukan setting eksposur kamera tergantung dari hasil akhir yang Anda visualisasikan dengan mode manual atau gunakan fungsi kompensasi ekposur, saat mengunakan setting otomatis atau semi otomatis (P,S,A)

8. Timing

Putuskan juga apakah waktu dalam pengambilan gambar penting atau tidak. Untuk foto still life (subjek tidak bergerak), timing mungkin tidak terlalu penting. Tapi untuk candid terutama foto olahraga, timing menjadi sangat penting. Bila demikian, berlatihlah untuk bisa mengambil foto dengan timing yang tepat. Latihan antisipasi, kesabaran dan kuasailah kamera/alat fotografi Anda sehingga bisa mengambil foto dengan timing yang optimal.

memfoto ikan di aquarium


Memotret subjek di dalam akuarium seperti ikan memang agak tidak biasa dan menantang. Berikut ini beberapa tips supaya fotonya sukses.
1. Tentukan eksposur yang tepat
Menurut pengalaman saya, seringkali kamera kita akan memilih exposure yang terlalu terang karena terpengaruh dengan warna gelap ikan atau latar belakangnya. Kita bisa mengunakan mode manual dan mengatur exposure, atau dapat mengunakan fungsiexposure compensation jika mengunakan mode P, A/Av, S/Tv.
2. Jangan kuatir memakai ISO tinggi
Biasanya kita memotret ikan di dalam ruangan, maka cahayanya pun biasanya tidak begitu terang. Jangan lupa gunakan ISO tinggi supaya kita bisa mendapatkan shutter speed yang cepat pula. Subjek yang bergerak seperti ikan membutuhkan shutter speed sekitar 1/80-1/125 supaya tidak blur.
DSC_5273
ISO 1000 52mm f/3.5 1/80 detik - Ikan Louhan sebenarnya bukan ikan yang gesit, tapi shutter speed yang lumayan cepat dibutuhkan untuk mencegah blur, maka dari itu ISO setinggi 1000 dibutuhkan.
3. Gunakan lensa berbukaan besar
Jika memiliki lensa berbukaan besar seperti 24-70mm f/2.8, atau 50mm f/1.8, kita bisa memanfaatkan bukaan besar tersebut supaya bisa membuat latar belakang / background blur dan juga menyerap lebih banyak cahaya. Sebaliknya, jika kita ingin seluruh badan ikan dan latar belakang tajam, kita mengunakan bukaan kecil seperti f/8.
4. Jangan gunakan flash
Kaca akuarium akan memantulkan sebagian cahaya dari lampu kilat ke lensa sehingga membuat foto menjadi tidak alami dan terlalu terang.
5 Light reflection
Hati-hati dalam mengkomposisikan foto, perhatikan pantulan cahaya dari lampu akuarium atau lampu di dalam ruangan, pastikan pantulan cahaya tidak mengganggu subjek utama dengan mencari sudut potret yang pas.
DSC_5328
Awas refleksi dari lampu neon atau ruangan bisa mengganggu. Tapi kalau di komposisikan dengan baik, pantulan tersebut malah jadi indah
6. Cari background simple
Hindari latar belakang yang terlalu ramai dan mengganggu pemandangan. Contohnya selang air, atau hal-hal lain buatan manusia yang tidak alami. Jika tidak bisa dihindari, gunakan bukaan lensa yang besar dan mendekat ke akuarium, atau mengunakan lensa telefoto.
DSC_5303
ISO 640 70mm f/4 1/80 detik - Usahakan cari latar belakang yang sederhana
7. Sabar
Amati gerakan subjek, kemudian bersabarlah menunggu sampai timingnya pas untuk memotret.
8. Fokus
Autofokus kamera akan mungkin akan sedikit kesulitan dalam mengunci fokus. Coba gunakan lensa telefoto / zoom atau dekatkan lensa ke kaca akuarium. Jika keduanya gagal, gunakan manual fokus.Semoga berhasil!
Foto ikan hias bersama peserta kursus kilat dasar pemula :)
Foto ikan hias bersama peserta kursus kilat dasar pemula :) - oleh Felicia Limida

Tips foto sunset


Foto sunset (matahari terbenam) yang bagus cukup tergantung dari keberuntungan. Foto bagus tergantung dari kondisi cuaca. Jika cuaca mendung atau hujan, maka kita tidak akan mendapatkan sunset yang dramatis dengan warna dan tekstur yang menarik. Kadang sunset yang indah bisa muncul begitu saja dihadapan mata, maka itu kita sebaiknya siap setiap ada kesempatan.
Di kota Jakarta yang langitnya penuh kabut polusi, sunset yang kaya warna dan tekstur itu jarang bisa didapatkan, terutama di musim hujan. Tapi di sore hari itu saya melihat kondisi langit cukup cerah jadi saya menunggu di depan jendela.

Tips #1 Hindari memakai mode full auto

Jika kita memakai full auto foto kita tidak akan seperti yang di lihat mata kita, karena keterbatasan sensor kamera untuk menangkap cahaya dari yang sangat terang (langit) dan gelap (bumi). Akibatnya seperti dibawah ini, langit akan cenderung terlalu terang.
tipikal hasil full auto
tipikal hasil full auto - ISO 200, f/9, 1/100 detik

Tips #2 Gunakan mode manual

Dengan mode manual, kita bisa dengan leluasa menyetel setting kamera yang berpengaruh ke eksposur (aperture, shutter speed dan ISO). Saya biasanya memulai dengan mengunakan ISO serendah mungkin, misalnya 100 dan 200. Nilai aperture sekitar f/8-f/16 supaya foto menjadi tajam dan jelas dari ujung ke ujung frame, dan kemudian saya tinggal mengatur shutter speed untuk mengatur seberapa gelap langit yang saya inginkan. Semakin cepat shutter speed, langit akan semakin gelap. Baca:Segitiga Emas fotografi
Dengan mengatur shutter speed kita bisa menggelapkan cahaya lingkungan
Dengan mengatur shutter speed kita bisa menggelapkan cahaya langit, membuat warna-warna dan tekstur awan lebih menonjol - ISO 400, f/11, 1/250 detik

Tips #3 Orientasi vertikal

Jangan lupa untuk mencoba mengkomposisikan pemandangan dengan orientasi vertikal. Dalam komposisi vertikal, berikan ruang yang lebih banyak untuk langit daripada bumi, karena biasanya warna dan tekstur langit lebih menarik daripada bumi yang agak gelap.
DSC_5920
ISO 200, f/8, 1/640 detik

Tips #4 Setelah matahari terbenam benar-benar telah tenggelam

Setelah matahari benar-benar telah tenggelam, kita masih bisa mendapatkan foto yang cukup menarik misalnya tekstur dan warna langit, tapi cahaya akan banyak berkurang sehingga kita terpaksa mengunakan shutter speed yang lebih lambat. Ketika kita mengunakan shutter speed lambat, foto bisa menjadi  blur karena getaran tangan kita. Maka itu memakai tripod atau ISO tinggi dibutuhkan.
Setelah matahari terbenam, saya mengalihkan perhatian saya lebih ke bumi. Warna kuning keemasan dan cahaya lampu dari rumah-rumah penduduk menarik perhatian saya.
Setelah matahari terbenam, saya mengalihkan perhatian saya lebih ke bumi. Warna kuning keemasan dan cahaya lampu dari rumah-rumah penduduk menarik perhatian saya. ISO 1100, f/5.6, 1/60 detik

Tips komposisi & pencahayaan foto portrait model


Tantangan utama fotografer pemula untuk mendapatkan foto yang menarik biasanya terletak pada komposisi dan pencahayaan (lighting). Tips dibawah ini mungkin bisa membantu.
Langkah pertama merupakan langkah penting untuk kesuksesan foto, yaitu mencari latar belakang yang menarik. Latar belakang yang menarik itu adalah yang cukup sederahana, tidak ada/banyak elemen yang mengganggu fokus kita ke subjek utama foto (dalam hal ini model).
Langkah kedua adalah mengamati pencahayaannya, bila kita ada di luar ruangan, kita harus mengamati darimana asal cahaya matahari dan perbedaan terang gelap antara subjek foto dan latar belakang.
Langkah ketiga yaitu kita memposisikan model di lokasi yang telah kita tentukan. Kemudian kita tinggal arahkan model supaya cahaya yang jatuh ke wajah membentuk wajah model dengan lembut dan kemudian tinggal kita “align (sesuaikan/luruskan)” pose model dengan latar belakang.
Supaya jelas, mari kita simak langkah-langkah pembuatan foto dibawah ini
Komposisi dan lighting foto portrait modelUntuk membuat foto diatas, saya melihat lokasi ini cukup menarik karena latar belakang terang benderang dan ada dedaunan hijau. Di depan saya juga ada pohon yang cukup besar. Saya juga melihat ada sedikit cahaya dari sebelah kanan kamera (perhatikan batang pohon dan bayangan yang jatuh di sebelah kanan wajah model). Cahaya yang jatuh ke wajah model jauh lebih lemah daripada cahaya di latar belakang karena tertutup dedaunan.
Pengukuran dan setting terang-gelap (exposure) cahaya juga penting. Caranya bisa dengan trial and error dengan mode manual, atau memakai metering spot dan fokuskan ke wajah model. Jika pengukuran meleset, maka wajah model akan terlihat gelap.
Foto ini dibuat dengan Nikon D700 dan 85mm f/1.4 | ISO 200 f/1.4, 1/320 detik.
Saya memilih salah satu lensa favorit saya, lensa fix 85mm f/1.4 supaya tidak ada distorsi pada wajah dan cukup efektif untuk membuat latar belakang blur.
Bukaan yang besar (f/1.4) membuat latar belakang menjadi sangat blur dan tidak terlalu mengganggu pandangan dari subjek utama.
ISO yang dipilih merupakan ISO 200, dan shutter speed diatur menyesuaikan keadaan cahaya yang ada.
WB saya pilih cloudy (berawan) karena model berada dalam bayangan pohon dan dedaunan. Tujuan saya memilih setting ini supaya warna kulit tidak pucat. Jika kita mengunakan AWB, besar kemungkinan nuansa warna foto lebih kebiruan.
DSC_4268
Foto diatas diambil dengan sudut pandang yang lebih rendah sehingga model dan latar belakang lebih padu dan pose yang lebih santai.
Catatan: foto-foto diatas tidak diedit (murni dari kamera).
Selamat berlatih :)

Fashion Photography vs Portrait Photography


Sekilas, fashion photography dan portrait photography terlihat memiliki persamaan, sama-sama subjek fotonya adalah orang, dan kedua jenis foto berusaha membuat fotonya terlihat menarik. Kesuksesan sebuah foto juga tergantung pada keterampilan fotografer, pengetahuan fotografer atas gaya pakaian, make-up dan juga tim yang menunjang, seperti make-up artist, hair stylist, koreografer dan sebagainya.
Tapi banyak perbedaan mendasar antara fotografi portrait dengan fotografi fashion:
Fashion photography bertujuan untuk membuat baju yang di desain terlihat menarik sehingga orang ingin membelinya, sedangkan portrait fotografer bertujuan untuk menonjolkan karakter dan kepribadian dari subjek foto. Dalam upayanya, pengetahuan fotografer akan pencahayaan menjadi penting. Misalnya untuk menonjolkan tekstur sebuah baju, fotografer mengunakan cahaya yang cukup keras dengan kontras yang cukup tinggi. Sedangkan untuk memunculkan karakter lembut dari subjek foto portrait, fotografer mengunakan cahaya yang lembut. [ Baca: Beda cahaya keras dan lembut ]
Foto fashion oleh Javier Valhonrat. Fotografer ini mengunakan cahaya dan warna dengan baik sehingga pakaian model terlihat menarik
Foto fashion oleh Javier Valhonrat. Fotografer ini mengunakan cahaya dan warna dengan baik sehingga pakaian model terlihat menarik
Fashion fotografer biasanya berganti-ganti gaya mengikuti tren, karena fashion sendiri merupakan sesuatu yang sangat trendy, yaitu berubah-ubah dengan cepat. Sulit bagi seorang fotografer fashion yang tidak mengikuti trend, karena bila gayanya sama terus, maka kemungkinan fotografer fashion tidak akan dipakai oleh sebagian besar desainer.  Sedangkan sebagai portrait fotografer gayanya cenderung lebih sama, dan biasanya justru seorang fotografer portrait mendapat pekerjaan karena gayanya yang unik dan konsisten.
Untuk model fashion, pose pose ditujukan lebih untuk menonjolkan fitur pakaian yang dikenakan, tapi di portrait photography, pose-pose yang alami yang bisa memunculkan kepribadian subjek foto yang lebih penting.
Potret pelukis Henri Matisse oleh Henri Cartier-Bresson. Pose-pose alami lebih mudah didapatkan bila subjek foto berada di lingkungan yang nyaman dan familiar
Potret pelukis Henri Matisse oleh Henri Cartier-Bresson. Pose-pose alami lebih mudah didapatkan bila subjek foto berada di lingkungan yang nyaman dan familiar. Gaya fotografi Bresson juga tidak banyak berubah seiring waktu berjalan.
Ada juga fotografer yang menggabungkan kedua teknik fashion dan portrait, contohnya foto glamor, dimana fotografer berusaha membuat subjek foto terlihat cantik dan juga berusaha menonjolkan kepribadiannya.
Annie Leibovitz, fotografer portrait untuk majalah Vogue, memiliki gaya yang pencahayaan yang khas dan foto-foto potraitnya terkenal memunculkan kepribadian dan jiwa dari subjek fotonya
Annie Leibovitz, fotografer portrait untuk majalah Vogue, memiliki gaya yang pencahayaan yang khas dan foto-foto potraitnya terkenal memunculkan kepribadian dan jiwa dari subjek fotonya
Nah dari perbedaan-perbedaan diatas, saya tarik kesimpulan bahwa masing-masing jenis fotografi membutuhkan skill/keterampilan yang sedikit berbeda. Untuk menjadi fotografer portrait maupun fashion yang baik, dibutuhkan wawasan dan ketrampilan. Kemampuan menjalin hubungan yang baik dan membuat subjek foto nyaman dan mengambil momen yang tepat menjadi suatu yang sangat penting bagi fotografer portrait, dan pengetahuan akan gaya pakaian, tren fashion, penguasaan pencahayaan alami+buatan dan fleksibilitas dalam berganti gaya foto merupakan kemampuan yang penting bagi fotografer fashion.