Tuesday, February 21, 2012

Fashion Photography vs Portrait Photography


Sekilas, fashion photography dan portrait photography terlihat memiliki persamaan, sama-sama subjek fotonya adalah orang, dan kedua jenis foto berusaha membuat fotonya terlihat menarik. Kesuksesan sebuah foto juga tergantung pada keterampilan fotografer, pengetahuan fotografer atas gaya pakaian, make-up dan juga tim yang menunjang, seperti make-up artist, hair stylist, koreografer dan sebagainya.
Tapi banyak perbedaan mendasar antara fotografi portrait dengan fotografi fashion:
Fashion photography bertujuan untuk membuat baju yang di desain terlihat menarik sehingga orang ingin membelinya, sedangkan portrait fotografer bertujuan untuk menonjolkan karakter dan kepribadian dari subjek foto. Dalam upayanya, pengetahuan fotografer akan pencahayaan menjadi penting. Misalnya untuk menonjolkan tekstur sebuah baju, fotografer mengunakan cahaya yang cukup keras dengan kontras yang cukup tinggi. Sedangkan untuk memunculkan karakter lembut dari subjek foto portrait, fotografer mengunakan cahaya yang lembut. [ Baca: Beda cahaya keras dan lembut ]
Foto fashion oleh Javier Valhonrat. Fotografer ini mengunakan cahaya dan warna dengan baik sehingga pakaian model terlihat menarik
Foto fashion oleh Javier Valhonrat. Fotografer ini mengunakan cahaya dan warna dengan baik sehingga pakaian model terlihat menarik
Fashion fotografer biasanya berganti-ganti gaya mengikuti tren, karena fashion sendiri merupakan sesuatu yang sangat trendy, yaitu berubah-ubah dengan cepat. Sulit bagi seorang fotografer fashion yang tidak mengikuti trend, karena bila gayanya sama terus, maka kemungkinan fotografer fashion tidak akan dipakai oleh sebagian besar desainer.  Sedangkan sebagai portrait fotografer gayanya cenderung lebih sama, dan biasanya justru seorang fotografer portrait mendapat pekerjaan karena gayanya yang unik dan konsisten.
Untuk model fashion, pose pose ditujukan lebih untuk menonjolkan fitur pakaian yang dikenakan, tapi di portrait photography, pose-pose yang alami yang bisa memunculkan kepribadian subjek foto yang lebih penting.
Potret pelukis Henri Matisse oleh Henri Cartier-Bresson. Pose-pose alami lebih mudah didapatkan bila subjek foto berada di lingkungan yang nyaman dan familiar
Potret pelukis Henri Matisse oleh Henri Cartier-Bresson. Pose-pose alami lebih mudah didapatkan bila subjek foto berada di lingkungan yang nyaman dan familiar. Gaya fotografi Bresson juga tidak banyak berubah seiring waktu berjalan.
Ada juga fotografer yang menggabungkan kedua teknik fashion dan portrait, contohnya foto glamor, dimana fotografer berusaha membuat subjek foto terlihat cantik dan juga berusaha menonjolkan kepribadiannya.
Annie Leibovitz, fotografer portrait untuk majalah Vogue, memiliki gaya yang pencahayaan yang khas dan foto-foto potraitnya terkenal memunculkan kepribadian dan jiwa dari subjek fotonya
Annie Leibovitz, fotografer portrait untuk majalah Vogue, memiliki gaya yang pencahayaan yang khas dan foto-foto potraitnya terkenal memunculkan kepribadian dan jiwa dari subjek fotonya
Nah dari perbedaan-perbedaan diatas, saya tarik kesimpulan bahwa masing-masing jenis fotografi membutuhkan skill/keterampilan yang sedikit berbeda. Untuk menjadi fotografer portrait maupun fashion yang baik, dibutuhkan wawasan dan ketrampilan. Kemampuan menjalin hubungan yang baik dan membuat subjek foto nyaman dan mengambil momen yang tepat menjadi suatu yang sangat penting bagi fotografer portrait, dan pengetahuan akan gaya pakaian, tren fashion, penguasaan pencahayaan alami+buatan dan fleksibilitas dalam berganti gaya foto merupakan kemampuan yang penting bagi fotografer fashion.

No comments:

Post a Comment